Dalam cerita konvensional, struktur dramatik yang dipergunakan adalah struktur dramatik Aristoteles. Bagian-bagian dari struktur tersebut adalah: (Sumardjo dan Saini, 1986: 142-143)
ternyata,. . . waktu menjadi pena yang tintanya tak mampu terhapus. . . terus mengukir banyak kisah yang lembarannyapun tak akan mudah hilang. ingin membunuh waktu, tetapi aku sadar bahwa aku hidup di dalam waktu. Serang, 27 April 2012
Tuhan dengan indahnya mempertemukan kita di antara ribuan kesempatan yang tak henti datang. bukan hari kemarin, bukan esok maupun denting di hari lain. Tuhan dengan indah membuat kita merasakan perasaan yang sama, walaupun masalalumu dan masalaluku masih lekat mengikat. mereka tak lelah membuat kita terhenti sejenak untuk melepaskan emosi yang kadang terasa lucu. mereka tak lelah membuat kita mengelus dada tiap kepingan dri mereka terjatuh dengan lembut. mereka tidak lelah dengan segala eksistensi mereka yang kadang membuat kita jengah... tapi ternyata Tuhan menghadirkanmu untuk mengenalkanku pada esensi dr kedewasaan. esensi dr cinta itu sendiri. kau adalah milikku, aku adalah milikmu begitu lah matamu menatap tajam dan mulai menelanjangi tiap lekuk paradigma yang selama ini aku yakini. dan kini aku menyerah, aku sudah melebur di titik nadir, aku sudah menyerah dengan segala pemberontakanku. aku menyerah untuk menyelami tiap inci dari esensi cinta yang kau ucapkan. aku menyerah...
Komentar
Posting Komentar